-
Tentang kami
-
Partner
- Berita
-
Keberlanjutan
- Karir
- Hubungi Kami
Mendengar kata perekat, hal pertama yang terlintas dalam pikiran kita tentu lem. Namun, sebenarnya ada banyak jenis perekat yang memiliki perbedaan fungsi dan ketahanan.
Hal itu menjadi pembeda bahan perekat berdasarkan pada praktek atau pengaplikasiannya.
Sebab beda material yang akan direkatkan, tentu berbeda pula bahan perekat yang digunakan.
Namun kali ini kita akan membahas jenis perekat setelah diklasifikasikan berdasarkan pada bahan penyusun utamanya.
Jika ditilik melalui bahan baku utamanya, secara umum perekat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu organik dan juga anorganik.
Perekat berbahan organik memanfaatkan bagian dari makhluk hidup sebagai komponen utamanya.
Jenis perekat organik ini masih dibagi lagi ke dalam dua golongan yakni sintetis dan juga alami.
Pada perekat alami, sudah pasti bahan pembentuk atau komponennya benar-benar menggunakan bagian-bagian yang berasal dari organisme bersifat organik yang asli.
Sementara pada jenis perekat sintetis, menghasilkan produk yang sama akan tetapi memakai tiruan dari bagian organisme organik, alias bukan aslinya.
Kemungkinan penggunaan bahan sintetis untuk menggeser bahan organik memang semakin besar.
Namun hingga saat ini, perekat berbahan dasar organik tetap yang paling diminati dan dicari.
Selain jenis organik, ada juga perekat anorganik. Dimana pada bahan bakunya tidak terdapat kandungan karbon.
Selain itu, pada perekat anorganik juga menjadikan hasil ekstraksi mineral sebagai komponen utamanya.
Dengan begitu, perekat anorganik ini sanggup menahan tekanan suhu hingga 1000° Celcius.
Hal ini tentu tidak dapat dilakukan oleh perekat berbahan organik.
Namun meski begitu, perekat anorganik juga memiliki kelemahan. Dimana hasil rekatannya tidak cukup.kuat menahan benturan, lebih keras dan rapuh.
Dengan memahami plus minus dari perekat organik dan anorganik ini, diharapkan Anda dapat memilih perekat yang tepat sesuai kebutuhan.
Dengan begitu hasil rekatan akan lebih maksimal.
Agar lebih jelas lagi, kami hadirkan rangkuman mengenai perekat organik (alami dan sintetis) yang banyak digunakan masyarakat, mudah didapat dan cukup aman untuk diaplikasikan.
Berbicara mengenai perekat, meskipun perekat anorganik dikenal memiliki daya tahan akan suhu panas lebih tinggi, tetapi perekat organik lebih diminati.
Selain bahannya berasal dari alam sehingga dianggap lebih aman, perekat organik juga memberi hasil rekatan yang lebih kuat dan kokoh.
Karakteristiknya lebih elastis, kokoh dan tahan lama. Berikut ini kami hadirkan beberapa contohnya.
Perekat ini merupakan jenis perekat alami yang memanfaatkan kandungan zat protein dalam susu sapi.
Biasanya ini menjadi second product dari pabrik penghasil keju. Casein yang sudah dilarutkan hingga membentuk pasta, siap diaplikasikan sebagai perekat.
Umumnya, pasta casein digunakan untuk merekatkan kertas pada permukaan gelas ataupun botol.
Keunggulannya, perekat atau lem berbahan dasar casein ini membuat hasil rekatannya tahan air dan juga lembab.
Jadi, ketika gelas ataupun botol Anda rendam dalam air. Maka kertas yang sudah ditempelkan menggunakan lem casein tidak akan mengelupas atau lepas.
Sangat bermanfaat bagi Anda yang tengah ingin memasarkan produk dalam kemasan gelas, botol ataupun jar.
Lem Kak atau animal glue ini menggunakan bahan dasar berupa collagen (protein dalam kulit juga tulang binatang, serta daging yang menyambungkan tulang).
Lem ini mudah larut dalam air panas, ketika didinginkan maka konsistensinya menyerupai jelly atau agar-agar yang didinginkan.
Saat pendinginan itu, terjadi proses perekatan awal yang sudah cukup kuat daya rekatnya.
Namun ketika melewati proses pengeringan selanjutnya, daya rekat dari Lem Kak jauh lebih kuat dari sebelumnya.
Anda bisa dengan mudah mendapatkan Lem Kak atau animal glue ini di pasaran. Umumnya berbentuk menyerupai lempengan, granule atau butiran dan ada juga yang menjual dalam bentuk potongan.
Starch biasa kita kenal dengan lem kanji. Sebagaimana kita ketahui, bahwa kanji dihasilkan dari saripati ketela atau singkong.
Bahan ini sudah cukup familiar bagi masyarakat untuk dijadikan lem. Cukup dimasak dengan air hingga mengental. Maka lem kanji sudah siap digunakan.
Selain kanji atau starch, ada juga dextrin. Ini adalah hasil modifikasi kimiawi atau bentuk sintetis dari kanji.
Baik starch maupun dextrin, keduanya banyak digunakan untuk merekatkan kertas, karton dan berbagai material tipis lain.
Hingga saat ini, jenis lem atau perekat ini masih banyak digunakan. Selain aman, juga memiliki daya rekat yang cukup kuat untuk material yang tipis atau ringan.
PVAc atau Poly Vinyl Acetate ialah resin yang sudah mengalami polimerisasi dan vinyl acetate adalah bahan atau komponen utamanya.
Hasil dari proses polimerisasi tersebut berupa emulsi berwarna putih di dalam air dan juga berupa pasta.
PVAc ini merupakan hasil pengembangan bahan perekat dan menjadi pengganti dari Lem Kak atau animal glue guna merekatkan material kayu.
Dengan dukungan senyawa kimia yang terkandung di dalamnya, membuat PVAc mampu mengikat bahan lainnya dengan adsorpsi kimiawi maupun hydrogen bonding.
Selain pada kayu, perekat ini juga banyak diaplikasikan pada pembuat sampul, kertas maupun penjilidan buku.
Ini adalah salah satu perekat sintetis lainnya yang berbentuk resin dan diaplikasikan pada kayu.
Di tahun yang sama ketika urea formaldehyde ini diluncurkan, sebenarnya ada produk sintetis lain yaitu phenol formaldehyde.
Namun karena harga urea formaldehid lebih terjangkau, maka masyarakat jauh lebih memilihnya dibandingkan dengan phenol.
Dalam mengaplikasikan urea formaldehyde, tidak jarang para pekerja atau pengrajin kayu menambahkan campuran terigu pada lem ini.
Tujuannya, agar hasil rekatan jauh lebih fleksibel.
Polimer atau resin yang dicampur dengan hardener dalam air, lalu ditambahkan juga terigu, serta zat katalis.
Setelah itu, langsung diaplikasikan secara merata pada permukaan veneer/lapisan kayu tipis.
Apabila permukaan veneer sudah rata oleh lem urea, lantas lapisan tersebut ditumpuk setinggi tiga lapisan agar menjadi lembaran triplek.
Untuk memaksimalkan hasil perekatan menggunakan lem urea pada veneer tersebut, maka triplek harus dipres.
Selain dipress, triplek juga harus dipanaskan dengan metode steam selama empat hingga tujuh menit.
Proses steam dilakukan pada suhu kisaran 125° sampai dengan 140° Celsius. Dengan begitu hasil perekatan akan lebih kuat dan juga tahan lama.
Baik perekat organik maupun anorganik, keduanya memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing.
Dalam bahan perekat organik yang terdiri dari perekat sintetis dan juga alami, semuanya banyak digunakan oleh masyarakat karena terbukti kuat dan juga aman.
Dengan membaca informasi mengenai beberapa jenis perekat di atas, semoga bisa membantu Anda untuk bisa memilih perekat yang tepat sesuai kebutuhan material yang akan Anda rekatkan.
PT. Indochemical Citra Kimia adalah distributor bahan kimia di Indonesia yang menjual bahan-bahan untuk digunakan sebagai perekat. Kami menyediakan produk yang beragam sesuai dengan kebutuhan Anda
Hubungi kami sekarang untuk informasi lebih lanjut.