Secara umum bahan kimia terbagi menjadi tiga bentuk yaitu padat, gas dan cair. Ketiganya dibutuhkan dalam pembuatan berbagai produk untuk kehidupan sehari-hari. Misalnya, bahan kimia cair seperti alkohol yang sering digunakan untuk pembuatan desinfektan.
Bahan kimia cair memang berguna karena diperlukan dalam berbagai pembuatan produk. Akan tetapi, ada beberapa karakteristik bahan kimia yang perlu diperhatikan agar bisa ditangani dan disimpan dengan benar. Salah satu karakteristik dari bahan kimia cair adalah mudah terbakar.
Agar mengenal lebih jauh tentang karakteristik bahan kimia yang mudah terbakar. Ada baiknya jika Anda menyimak tuntas ulasan berikut ini.
Apa itu bahan kimia mudah terbakar? yaitu bahan kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen dan dapat menimbulkan kebakaran. Reaksinya sangat cepat sehingga tak jarang bahan kimia ini juga mengakibatkan ledakan. Secara umum, bahan kimia yang mudah terbakar ada dua jenis yaitu Extremely Flammable (amat sangat mudah terbakar) dan Highly Flammable (sangat mudah terbakar).
Extremely Flammable adalah bahan kimia yang memiliki titik nyala pada suhu 0°C dan titik didih pada suhu 35°C. Bahan kimia yang termasuk jenis ini biasanya berupa gas pada suhu normal dan disimpan pada tabung kedap udara bertekanan tinggi.
Highly Flammable adalah bahan kimia yang memiliki titik nyala pada suhu 21°C dan titik didih pada suhu yang tak terbatas. Bahan jenis ini sangat dipengaruhi oleh kelembaban yang bisa menentukan terbakar atau tidaknya suatu bahan kimia. Sehingga, bahan kimia ini biasanya disimpan pada kondisi kelembaban yang tinggi.
Klasifikasi bahan kimia mudah terbakar dibagi menjadi empat kategori. Pertama, zat terbakar langsung seperti aluminium alkil fosfor. Kedua, gas amat mudah terbakar seperti butane dan propane. Ketiga, cairan mudah terbakar seperti aseton dan benzene. Empat, zat sensitif terhadap air yaitu zat yang membentuk gas dimana mudah terbakar bila terkena air atau api.
Jika dilihat dari klasifikasinya, bahan kimia cair termasuk kedalam kedalam kategori cairan mudah terbakar. Bahan kimia cair mudah terbakar atau flammable merupakan bahan atau zat kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen dan dapat menimbulkan kebakaran, meliputi cairan dan titik nyala <100 °F. Sehingga bahan kimia ini perlu ditangani dan disimpan dengan benar agar tidak terjadi kebakaran.
Beberapa contoh bahan kimia cair yang mudah meledak yaitu semua golongan alkohol, aseton, benzena, cyclohexane, dimethyldichlorosilane, dioxane, eter, asam cuka etil. Kemudian ada pula heksana, hydrazine, sejenis gas hidrokarbon metil, picolene, piperidine, propanol, pyridine, scintillation cairan, semua silanes, tetrahydrofuran, toluene, triethylamine, xylen, dan lain sebagainya.
Penyimpanan bahan kimia mudah terbakar dikelompokkan berdasarkan klasifikasinya. Masing-masing memiliki prosedur penyimpanan yang berbeda-beda. Nah, berikut ini merupakan cara penyimpanan yang baik untuk bahan kimia cair yang mudah terbakar.
Bahan kimia cair yang mudah terbakar memerlukan ruangan penyimpanan yang dingin. Kondisi ruangan yang dingin tidak akan membuat bahan kimia tersebut mudah terbakar karena suhu lingkungan dibawah titik nyala.
Ventilasi pada ruang penyimpanan bahan kimia juga diperlukan karena untuk menjaga sirkulasi udara pada ruangan tetap stabil. Apabila pada ruang penyimpanan suhu nya naik, maka uap yang dihasilkan oleh bahan kimia tersebut dapat dengan mudah terbakar ketika bercampur dengan udara.
Hal paling penting ketika menyimpan bahan-bahan kimia yang mudah terbakar yaitu dijauhkan dari sumber panas seperti bara atau api. Petugas yang menyimpan bahan kimia cair tidak boleh membawa sumber panas agar tidak terjadi insiden kebakaran.
Api dapat terbentuk karena adanya reaksi antara oksigen, panas dan bahan bakar. Cairan kimia yang mudah terbakar adalah bahan bakar yang dapat bereaksi dengan cepat jika ada sumber api. Sehingga, kebakaran akan mudah terjadi dalam waktu yang singkat karena adanya elemen api dan reaksi kimia.
Korsleting listrik merupakan keadaan jaringan listrik yang rusak karena arus listrik mengalir menjadi lebih pendek dari yang seharusnya. Hal ini akan mengakibatkan lonjakan arus di satu sisi kabel yang bisa memicu adanya percikan api atau ledakan.
Hal inilah yang menjadi alasan cairan kimia mudah terbakar harus dijauhkan dari sumber loncatan api listrik. Pasalnya, jika terjadi korsleting listrik hingga mengakibatkan timbulnya percikan api di dekat tempat penyimpanan. Maka, besar kemungkinan akan terjadi reaksi kimia sehingga menyebabkan kebakaran.
Bahan kimia oksidator merupakan bahan kimia yang mudah menguap dan terbakar melalui oksidasi. Selain karena percikan api atau udara yang panas, bahan oksidator dapat bereaksi dengan bahan-bahan yang bersifat reduktor dan mudah terbakar.
Oleh karena itu, tidak boleh menyimpan bahan kimia yang mudah terbakar dengan bahan kimia yang bersifat oksidator. Reaksi yang ditimbulkan bisa berbahaya karena dapat menimbulkan kebakaran. Meskipun ada beberapa bahan kimia yang dapat disimpan secara bersamaan. Namun ada baiknya, bahan kimia disimpan sesuai dengan sifat dan karakteristik masing-masing.
Tempat penyimpanan yang digunakan untuk bahan kimia cair yang mudah terbakar tentu tidak boleh sembarangan. Wadah yang berbahan dasar gelas jangan digunakan untuk menyimpan cairan kimia yang mudah terbakar. Sebaiknya menggunakan wadah logam dan disimpan dalam lemari solvent.
Cairan yang mudah terbakar memerlukan kondisi dingin agar tidak terjadi reaksi yang menimbulkan kebakaran. Oleh karena itu, cairan kimia ini dapat disimpan pada kulkas khusus “Lab-Safe” atau “Flammable Storage Refrigerators”. Dengan demikian, bahan kimia akan lebih aman dan terjaga suhunya.
Penyimpanan bahan kimia memang tidak boleh dilakukan sembarangan apalagi bahan kimia cair yang mudah terbakar. Ada aturan dan cara tersendiri agar bahan kimia tersebut disimpan dengan aman. Semoga ulasan diatas bisa sedikit membantu Anda dalam melakukan penyimpanan bahan kimia cair dengan benar.